Selasa, 28 Februari 2012

Wujud Tuhan


Tuhan itu ada 2 yaitu Tuhan yang kita ciptakan sendiri dan Tuhan yang sebenar-benarnya Tuhan
Makhluk, tidak terkecuali Kecoa bahkan kutu rambut atau jamur Panu di kulit berhubungan dengan alam semesta dan tetangganya alam semesta cuma melalui pancaindra mereka. Tak seorang pun yang dapat mencapai penampakan wujud ”dunia luar” yang sesungguhnya, melebihi dari yang dapat dirasakan oleh indranya. Makhluk kecoa melihat alam semesta dengan inderanya adalah Lemari dapur, kolong rumah, juga area seputar WC. Lalu bagaimana Kecoa mendiskripsikan Tuhan ?
Panu melihat alam semesta adalah tubuh manusia, sebuah panu yang kritikal ekspansinya bagus dia bisa mengunjungi alam semesta lain lewat stargate handuk atau celana kolor yang lembab. Saya juga pernah memikirkan bagaimana panu bingung dengan Tuhannya ?
Manusia yang sesuai naskah ditempeli akal di otak buat memasak menghasilkan ilmu pengetahuan. Maka hasilnya alam semesta adalah apa yang sekarang terlihat (meskipun beberapa orang mengatakan alam semesta adalah matrix alias semu). Lalu kalau manusia semakin cerdas dan memikirkan ”Ono ning ono unong”  yang selalu dipahami rancu, padahal artinya: kalau ada bunyi “Ning” berarti ada penabuh musiknya yakni kenong” artinya kalau ada alam semesta berarti ada penciptanya. Nah mengenai sang pencipta kebiasaan saya menyebutnya Tuhan karena Universal. Boleh juga dipanggil Allah atau Bapa atau Hyang atau Gusti atau Pangeran suka-suka. Kalau saya pribadi menyebutnya Bos besar. Kalau nanti ada seseorang yang membuat agama baru lalu memberi gelar nama Tuhan = Garpu atau Sekop ya enggak masalah, hak asasi manusia.
Penampakan Tuhan dalam segi fisik atau rohani saya rasa bebas sesuai kapasitas akal. Karena akal manusia macam macam ada yang cuma diibaratkan akalnya 1 butir pasir ada yang 1 gelas ada yang 1 galon akalnya atau ada yang 1 padang pasir luasnya akal. Teori ini sekaligus mematahkan teori bahwa akal manusia adalah sama. Bulshit karena apabila semua akal sama tidak ada cerita lagi di dunia. Sekolah tidak perlu karena akal sudah seragam.
Jadi kalau mau menyamakan persepsi seperti apa wujud Tuhan itu rasanya tidak akan ketemu kata-kata DEAL. Karena semua tegantung panca indera termasuk skill akal. Dus antara manusia satu dengan yang lain akan berbeda diskripsi fisik tentang Tuhan. Misalnya saya pribadi melihat fisik Tuhan seperti Gurita dengan jutaan tangan dan kaki. Mungkin manusia lain melihat fisik Tuhan seperti Kakek tua. It’s ok tergantung pengalaman spiritual. Musa yang kebetulan diberi divyam chakshuh (mata suci) pun punya pengalaman berbeda ketika melihat Tuhan. Atau mungkin Arjuna yang melihat Kresna sebagai manivestasi Tuhan dalam bentuk seribu muka (Sang Krishna nampak kepada Arjuna sebagai suatu bentuk yang tanpa batas dan dalam simbol-Nya yang beraneka ragam, yang mulut dan mata-Nya tersebar di mana-mana tanpa dapat dihitung jumlahnya, yang juga nampak memakai jubah-jubah dan kalungan-kalungan bunga-bunga suci sorgawi.  Juga nampak mengenakan hiasan-hiasan badan dan memegang senjata-senjata simbolis sorgawi di mana-mana dalam jumlah yang tak terhitung dan nampak semua senjata-senjata ini siap terangkat ke atas. Terang-benderangnya atau gemerlapan-Nya begitu dahsyat sehingga dibandingkan dengan seribu mentari yang bersinar sekaligus) Seseorang yang mencoba menemukan Tuhan dengan Akal mungkin saja lho, tapi kembali kepada Tuhan adalah MAHA maka jika Tuhan bisa dijangkau dengan akal, berarti dia bukan Tuhan karena sudah dibatasi oleh akal kita. Akan terjadi  jika akalnya selalu bekerjasama dengan hati / rasa / jiwa pribadi / maka akan menemukan keberadaan Tuhan yang hakiki, karena Dia sebenarnya sangat dekat. Namun jika Akal dengan seluruh dayanya ingin menemukan Tuhan dengan cara logika bahkan sampai ingin action photo bersama dengan Tuhan. Maka siap-siaplah berlangganan dengan dokter psikologis.
dan..
Undangan untuk bertemu Tuhan adalah kematian, benarkah ? Padahal hakekat kematian itu tidak ada. Cuma ganti energi cuma ganti Chasing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar